Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Transformasi Digital, Bukan Hanya Sekedar Digitalisasi

 

   Sumber foto : einfochips.com

Perubahan lingkungan bisnis hari ini berjalan dengan cepat dan berkelanjutan. Hal ini mendorong setiap perusahaan untuk menyesuaikan visi dan strateginya. Kita mengenal istilah era disrupsi, industri 4.0 yang didorong oleh perkembangan teknologi yang canggih, khususnya internet.

Perkembangan internet selanjutnya berdampak pada bisnis antara lain :

  • Transformasi industri
  • Perubahan batas ruang & waktu
  • Kolaborasi
  • Relasi pelanggan & pemasok
  • Bentuk organisasi baru
  • Koneksi & partisipasi sosial melalui media sosial dan inovasi serta crowdsource

Selain itu, perusahaan kini dalam tekanan stakeholder yang kian bertambah untuk bersaing secara efektif dalam pasar yang dinamis dan mengubah selera pelanggan. Perusahaan dituntut untuk memliki fleksibilitas yang bersifat menyeluruh dan menjadi dasar pemikiran bagi perubahan organisasi. Kemampuan beradaptasi inlah yang menjadi faktor kunci dalam bertahan di era persaingan agar perusahaan mampu menyesuaikan proses bisnis berdasarkan kebutuhan pelanggan.

Untuk itulah perusahaan perlu merumuskan proses dan model bisnisnya dengan mengadopsi teknologi digital sebagai mekanisme menyiapkan keunggulan kompetitif. Dan perlu diingat bahwa kompetisi dapat menjadi persoalan karena teknologi ini dapat diakses dan diterapkan oleh siapapun termasuk kompetitor.

Evolusi menuju strategi digital memiliki dimensi antara lain struktur, kepemimpinan, manusia & budaya, keselarasan, pengetahuan, aliansi, dan tata kelola. Pada dasarnya disrupsi digital didorong oleh teknologi digital dan model bisnis baru yang mendorong perusahaaan untuk mencari keunggulan dari peluang baru.

Salah satu contohnya adalah Facebook:

  1. Facebook yang mendisrupsi cara berkomunikasi, namun kini kian tak diminati milenial, dan mencari peluang dengan akuisisi Instagram & Whatsapp.
  2. Whatsapp mendisrupsi bisnis SMS senilai US$ 100bn.
  3. Instagram memanfaatkan algoritma untuk merekayasa interaksi yang akan meningkatkan UX dan potensi bisnis.

Strategi digital bersifat terbuka dan dapat digunakan oleh siapapun sehingga nilainya akan menurun. Namun penyusunan konsep, model, dan kerangka strategi dimungkinkan untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Berbicara tentang digital, perlu dipahami bahwa hal ini tidak semata-mata tentang teknologi informasi perusahaan. Tidak juga tentang online, aplikasi, ecommerce dan lain sebagainya. Melalui digital beragam data dapat diproses dalam suatu tools yang sama dan dengan media komunikasi yang serupa.

Pada perusahaan yang bergerak dibidang teknologi media atau telekomunikasi misalnya, pengembangan aplikasi digital relatif lebih mudah. Namun pada beberapa perusahaan seperti farmasi atau penerbangan, bisa jadi digitalisasi tidak semudah menerapkan marketing atau operation management misalnya.

Dalam banyak case, biasanya melibatkan apa yang disebut 3 B, yaitu Build, Buy dan Borrow untuk membangun kapabilitas digital suatu perusahaan. Namun ketika strategi digital telah dikembangkan dan diterapkan, terkadang koordinasi lintas entitas, divisi dan unit tidak berjalan dengan baik. Sering kita dengar istilah launching dahulu, koordinasi belakangan. Maka bisa ditebak, silo-silo antara bagian akan terjadi di organisasi dalam suatu korporasi atau organisasi.

Pada akhirnya strategi digital harus bersifat transformatif agar tercipta keunggulan kompetitif. Dengan Strategi bisnis digital yang tepat, dengan mengubah strategi IT dari level fungsional ke level perusahaan. Kapabilitas & sumberdaya digital bukan hanya dianggap pendukung implementasi strategi, melainkan sebagai aspek yang membentuk formulasi strategi: menentukan strategi digital atas pengembangan produk, pasar, dan posisi terhadap potensi disrupsi digital oleh kompetitor.

Berikut adalah perkembangan penerapan strategi digital yang matang dalam suatu perusahaan :

Jika sebelumnya strategi bisnis digital dianggap tugas baru yang dikerjakan pada level manajer senior, dengan anggapan bahwa ini adalah turunan dari strategi umum, dan cakupannya hanya pada strategi fungsional terkait IT dan pemasaran, kini strategi bisnis digital telah berada di level corporate yang berbasis pada customer centric.

Strategi digital dengan demikian berfokus pada pencapaian kinerja perusahaan melalui ko-kreasi nilai bersama perspektif pelanggan yang dikomunikasikan secara digital, dan bukan pada persoalan infrastruktur dan proses digital lagi.

Keberhasilan pada lingkungan digital bukan hanya menyangkut teknologi. Seperti yang dikemukanan oleh Kane dkk dalam papernya Strategy, not technology, drives digital transformation yang diterbitkan oleh MIT Sloan Management Review and Deloitte (2015) menemukenali strategi yang menjadi kunci utama dalam ekosistem digital. Highlight-nya sebagai berikut :

  • Strategi digital mendorong kematangan digital.
  • Kekuatan transformasi digital terletak pada tujuan dan cakupan.
  • Transformasi digital menciptakan talenta untuk mewujudkan strategi.
  • Karyawan lebih memilih bekerja pada pemimpin digital.
  • Risiko adalah norma budaya baru.
  • Agenda digital selalu dipimpin dari atas (top down)

Selanjutanya Kane juga memaparkan pentahapan digital suatu perusahaan sebagai berikut :

Dalam paparan Kane di atas terlihat jelas peran pemimpin sangat penting dalam transformasi digital. Karena biar bagaimanapun transformasi tersebut terjadi dalam lingkup organisasi perusahaan. Proses tersebut tidak dapat dibebankan hanya kepada divisi teknologi informasi saja, tetapi merupakan program top down yang dipimpin langsung oleh pimpinan tertinggi perusahaan. Selanjutnya transformasi akan dilakukan melalui perubahan-perubahan yang terukur dan dirancang dengan baik, bahkan pada tahap tertentu bisa melalui power atau paksaan agar transformasi dapat diimplementasikan dengan tepat.


Posting Komentar untuk "Transformasi Digital, Bukan Hanya Sekedar Digitalisasi "