Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Vaksin Datang, What Next?

    Sumber foto : Liputan6.com

Gegap gempita menyambut pengumuman dari pemerintah pada Minggu, 6 Desember 2020 dalam hal ini presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa vaksin sudah tiba di Indonesia. 

Tentu informasi ini disambut oleh banyak kalangan dengan beragam sikap. Ada yang menyambut dengan nada optimis namun tak sedikit pula yang memandang dengan skeptis. Ya, memang vaksin hari-hari ini menjadi topik yang paling hits untuk diperbincangkan pada masa pandemi ini selain tentang Covid-19 itu sendiri.

Mulai dari forum-forum ilmiah di kampus sampai dengan diskusi ringan ala warung pinggir jalan, semua yang terkait dengan corona ini dibahas tuntas. Mulai dari kaum intelek, pejabat pemerintah, sampai dengan para driver ojek pinggir jalan turut membicarakannya. Bahkan tak jarang dibumbui dengan isu politik, agama sebagai penyedap utk membahasnya. Tapi wait, agama?? Apa kaitannya agama dengan corona dan vaksin?? Ya tentu ada, setidaknya bagi sebagian orang. Mungkin kita sudah pernah mendengar tentang penolakan vaksinasi oleh sebagian kecil masyarakat. Alasannya vaksin itu haram. 

Soal alasan kuatnya ya tak jauh-jauh dari soal bahan baku dan proses pembuatan vaksin itu sendiri. Tapi tak perlulah membahas soal halal haram vaksin dikala kondisi pandemi Covid-19 masih merajalela seperti saat ini. Kurang eloklah. Seperti kata pakar-pakar yang berbicara diberbagai media, bahwa manfaat vaksin saat ini lebih banyak ketimbang mudharatnya. Ya kita percayakan saja pada ahlinya hehe.. 

Lantas kalau memang vaksin itu sangat penting dan bermanfaat, sejauh mana kesiapan vaksin Covid-19 ini khususnya di negara kita tercinta? Setidaknya ada beberapa aspek yang bisa kita cermati di sini.

Telah menjadi topik yang umum dibahas bahwa dalam situasi pandemi karena virus, efek yang ditimbulkan tidak hanya pada dampak kesehatan masyarakat (jumlah yang positif, angka kesakitan, kematian dan kesembuhan) tapi juga pada dampak perekonomian (tutupnya pabrik, meningkatnya angka PHK dan pengangguran, daya beli yang menurun dan lain sebagainya). Sehingga kondisi ini tentu memerlukan penanganan yang tepat dari para pemangku kepentingan.

Mulai dari pemerintah yang membentuk beragam tim untuk menangani dampak-dampak yang ada, mengeluarkan kebijakan atau regulasi yang mengatur bagaimana dunia usaha agar bisa survive, mengatur cara masyarakat beraktivitas dan bersosilisasi satu dengan yang lainnya sampai pada bagaimana peran masyarakat secara mandiri dapat secara aktif menyadari dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Hal lain adalah bahwa pandemi ini tentu disebabkan oleh virus yang menyebar dengan cepat dan massif, maka bagaimana upaya-upaya untuk menemukan vaksin telah menjadi perhatian dari berbagai lembaga mulai dari WHO, industri farmasi, lembaga riset, dan universitas.

Setiap negara berlomba-lomba untuk mempercepat penemuan vaksin tersebut. Saat ini setidaknya ada 5 calon vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di dunia, yaitu vaksin dari Astrazeneca, Pfizer, Moderna, Sinopharm dan Sinovac. 

Di negara kita juga tak ketinggalan untuk mengembangkan vaksin secara mandiri yang dikenal dengan nama vaksin merah putih yang disupport penuh oleh lembaga-lembaga penelitian antara lain Lembaga Einjkman bekerja sama dengan Universitas, LIPI dan Biofarma, sebagai vaksin hasil anak bangsa sendiri semakin menambah kepercayaan diri bangsa kita untuk keberhasilan program vaksinasi Covid-19 kedepannya.

Dan sejauh ini tampaknya vaksin Sinovaclah yang akan segera dipakai oleh pemerintah. Saat ini sedang dilakukan uji klinis tahap 3 pada sekitar 1600-an relawan di Bandung. Kita tahu bahwa negara kita merupakan salah satu negara yang mempunyai kapabilitas meneliti dan memproduksi vaksin melalui BUMN Farmasi Biofarma yang telah berpengalaman sejak zaman Belanda.

Ini tentu menjadi keuntungan bangsa kita dalam mengupayakan pemenuhan vaksin bagi sekitar 268 juta penduduk Indonesia. Dan kedatangan produk vaksin jadi di awal Desember ini merupakan kabar baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun yang harus dipahami bersama adalah keberhasilan vaksinasi tidak hanya pada bagaimana menemukan dan mendatangkan vaksin. Tapi juga pada soal-soal bagaimana vaksin itu selanjutnya didistribusikan sampai ke pelosok-pelosok tanah air. Termasuk konsern kita pada bagaimana tempat penyimpanan vaksin yang baik.

Kita tahu bahwa vaksin merupakan produk farmasi yang memerlukan tempat dan kondisi penyimpanan yang super dingin (suhu stabil minus derajat celsius). Apakah cukup dengan memakai freezer kulkas untuk penyimpanan di fasilitas Kesehatan atau membutuhkan tempat pendingin khusus. Selain itu, kita juga tahu bahwa kondisi geografis negara kita yang terdiri dari kepulan dan dengan kondisi iklim yang beragam.

Disinilah persoalan berikutnya yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, instansi terkait dan perusahaan farmasi. Mengingat nantinya akan ada jutaan dosis yang disalurkan ke seluruh Indonesia, maka pemerintah perlu menyiapkan dan memastikan bagaimana vaksin yang telah ada dapat terdistribusikan dengan baik sehingga tetap memiliki efikasi sebagaimana yang diharapkan. 

Terlepas dari itu semua, perlu juga kita pahami bersama bahwa vaksin didatangkan dengan beberapa tahap. Artinya jumlahnya terbatas untuk sekali perode vaksinasi. Dengan kata lain, pandemi belum berakhir otomatis setelah vaksin datang.

Oleh karena itu, penting untuk tetap saling mengingatkan agar di lingkungan kita tetap menerapkan protokol kesehatan. Semoga Pandemi ini segera berlalu.