Vaksin Datang, What Next?
Sumber foto : Liputan6.com
Tentu informasi ini disambut oleh banyak kalangan dengan beragam sikap. Ada yang menyambut dengan nada optimis namun tak sedikit pula yang memandang dengan skeptis. Ya, memang vaksin hari-hari ini menjadi topik yang paling hits untuk diperbincangkan pada masa pandemi ini selain tentang Covid-19 itu sendiri.
Mulai dari forum-forum ilmiah di kampus sampai dengan diskusi ringan ala warung pinggir jalan, semua yang terkait dengan corona ini dibahas tuntas. Mulai dari kaum intelek, pejabat pemerintah, sampai dengan para driver ojek pinggir jalan turut membicarakannya. Bahkan tak jarang dibumbui dengan isu politik, agama sebagai penyedap utk membahasnya. Tapi wait, agama?? Apa kaitannya agama dengan corona dan vaksin?? Ya tentu ada, setidaknya bagi sebagian orang. Mungkin kita sudah pernah mendengar tentang penolakan vaksinasi oleh sebagian kecil masyarakat. Alasannya vaksin itu haram.
Soal alasan kuatnya ya tak jauh-jauh dari soal bahan baku dan proses pembuatan vaksin itu sendiri. Tapi tak perlulah membahas soal halal haram vaksin dikala kondisi pandemi Covid-19 masih merajalela seperti saat ini. Kurang eloklah. Seperti kata pakar-pakar yang berbicara diberbagai media, bahwa manfaat vaksin saat ini lebih banyak ketimbang mudharatnya. Ya kita percayakan saja pada ahlinya hehe..
Lantas kalau
memang vaksin itu sangat penting dan bermanfaat, sejauh mana kesiapan vaksin Covid-19
ini khususnya di negara kita tercinta? Setidaknya ada beberapa aspek yang bisa kita
cermati di sini.
Telah menjadi
topik yang umum dibahas bahwa dalam situasi pandemi karena virus, efek yang
ditimbulkan tidak hanya pada dampak kesehatan masyarakat (jumlah yang positif,
angka kesakitan, kematian dan kesembuhan) tapi juga pada dampak perekonomian
(tutupnya pabrik, meningkatnya angka PHK dan pengangguran, daya beli yang
menurun dan lain sebagainya). Sehingga kondisi ini tentu memerlukan penanganan
yang tepat dari para pemangku kepentingan.
Mulai dari
pemerintah yang membentuk beragam tim untuk menangani dampak-dampak yang ada,
mengeluarkan kebijakan atau regulasi yang mengatur bagaimana dunia usaha agar
bisa survive, mengatur cara masyarakat beraktivitas dan bersosilisasi satu
dengan yang lainnya sampai pada bagaimana peran masyarakat secara mandiri dapat
secara aktif menyadari dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan protokol kesehatan
yang telah ditetapkan.
Hal lain adalah
bahwa pandemi ini tentu disebabkan oleh virus yang menyebar dengan cepat dan
massif, maka bagaimana upaya-upaya untuk menemukan vaksin telah menjadi
perhatian dari berbagai lembaga mulai dari WHO, industri farmasi, lembaga
riset, dan universitas.
Setiap negara berlomba-lomba untuk mempercepat penemuan vaksin tersebut. Saat ini setidaknya ada 5 calon vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di dunia, yaitu vaksin dari Astrazeneca, Pfizer, Moderna, Sinopharm dan Sinovac.
Di negara kita juga
tak ketinggalan untuk mengembangkan vaksin secara mandiri yang dikenal dengan
nama vaksin merah putih yang disupport penuh oleh lembaga-lembaga penelitian antara
lain Lembaga Einjkman bekerja sama dengan Universitas, LIPI dan Biofarma, sebagai
vaksin hasil anak bangsa sendiri semakin menambah kepercayaan diri bangsa kita
untuk keberhasilan program vaksinasi Covid-19 kedepannya.
Dan sejauh ini
tampaknya vaksin Sinovaclah yang akan segera dipakai oleh pemerintah. Saat ini
sedang dilakukan uji klinis tahap 3 pada sekitar 1600-an relawan di Bandung.
Kita tahu bahwa negara kita merupakan salah satu negara yang mempunyai
kapabilitas meneliti dan memproduksi vaksin melalui BUMN Farmasi Biofarma yang
telah berpengalaman sejak zaman Belanda.
Ini tentu
menjadi keuntungan bangsa kita dalam mengupayakan pemenuhan vaksin bagi sekitar
268 juta penduduk Indonesia. Dan kedatangan produk vaksin jadi di awal Desember
ini merupakan kabar baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun yang harus
dipahami bersama adalah keberhasilan vaksinasi tidak hanya pada bagaimana
menemukan dan mendatangkan vaksin. Tapi juga pada soal-soal bagaimana vaksin
itu selanjutnya didistribusikan sampai ke pelosok-pelosok tanah air. Termasuk
konsern kita pada bagaimana tempat penyimpanan vaksin yang baik.
Kita tahu bahwa
vaksin merupakan produk farmasi yang memerlukan tempat dan kondisi penyimpanan
yang super dingin (suhu stabil minus derajat celsius). Apakah cukup dengan
memakai freezer kulkas untuk penyimpanan di fasilitas Kesehatan atau
membutuhkan tempat pendingin khusus. Selain itu, kita juga tahu bahwa kondisi
geografis negara kita yang terdiri dari kepulan dan dengan kondisi iklim yang
beragam.
Disinilah persoalan berikutnya yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, instansi terkait dan perusahaan farmasi. Mengingat nantinya akan ada jutaan dosis yang disalurkan ke seluruh Indonesia, maka pemerintah perlu menyiapkan dan memastikan bagaimana vaksin yang telah ada dapat terdistribusikan dengan baik sehingga tetap memiliki efikasi sebagaimana yang diharapkan.
Terlepas dari itu
semua, perlu juga kita pahami bersama bahwa vaksin didatangkan dengan beberapa
tahap. Artinya jumlahnya terbatas untuk sekali perode vaksinasi. Dengan kata
lain, pandemi belum berakhir otomatis setelah vaksin datang.
Oleh karena itu,
penting untuk tetap saling mengingatkan agar di lingkungan kita tetap
menerapkan protokol kesehatan. Semoga Pandemi ini segera berlalu.