Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Parenting pada Perushaan Farmasi

 

     Sumber foto : competere.eu

Awal 2020 Menteri BUMN Erick Thohir (ET) menyampaikan sentilannya kepada Telkom yang dinilai hanya mengandalkan pendapatan dari anak usaha yaitu PT Telkomsel. Kontan hal tersebut ramai diberitakan oleh media. Memang kalau kita lihat laporan keuangan Telkom pada kuartal III-2020, terlihat kontribusi terbesar berasal dari Telkomsel yaitu sebesar 73,2% dari total pendapatan Telkomsel. Hal inilah yang disorot oleh Menteri BUMN.

ET menyayangkan Telkom yang memiliki infrastruktur tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Lebih lanjut ET berharap ditengah perkembangan bisnis digital yang pesat ini, Telkom sebagai induk dapat lebih berperan untuk menciptakan nilai tambah untuk bisnisnya yaitu dengan dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk mengembangkan bisnis cloud dan database sehingga terscipta value creation.

Merespon pernyataan Menteri BUMN, manajemen Telkom menyampaikan bahwa sebenarnya sejak 2018 telah menerapkan strategi parenting (induk usaha) yang berperan dalam 'mengasuh' entitas anak melalui berbagai aktivitas seperti kontrol keuangan, kontrol strategis hingga perencanaan level strategis.

Kalau kita lihat lanskap bisnis perushaan-perusahaan besar di Indonesia, terutama grup konglomerasi, sebagian besar telah menerapkan strategi parenting dan dapat dikatakan cukup berhasil mengembangkan multi-bisnis mereka. Sebut saja misalnya Grup Salim, Grup Sinarmas, Grup Astra dan lain sebagainya. Rata-rata bisnis mereka terdiversifikasi ke dalam banyak bisnis yang berbeda-beda.

Lantas bagaimana penerapan strategi parenting ini ada perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia? Setidaknya ada 2 perushaan farmasi nasional yang dapat dikategorikan perusahaan multi-bisnis. Pertama adalah Kalbe Farma dan yang kedua adalah Kimia Farma. Keduanya memiliki unit bisnis dan beragam entitas yang menggerakan roda perusahaan masing-masing.

Kalbe Farma mengintegrasikan semua value chain (SBU dan entitas anak usaha) mereka yang  bergerak di bidang farmasi, makanan dan minuman kesehatan, distibutor farmasi (Enseval) dan alkes, Rumah sakit (Mitra Keluarga), Apotek & Klinik (Mitra Sana), aplikasi klikdokter.com yang didukung oleh corporate function di induk perusahaan yang kuat dan profesional.

Berdasarkan laporan tahun 2019, berikut kontribusi penjualan Kalbe Farma Grup dari beberapa Divisi bisnis : Penjualan Divisi Obat (generik & etikal) menyumbang 22,8%; Penjualan bersih Divisi Produk Kesehatan (OTC&minuman energi) menyumbang 15.3%; Divisi Nutrisi (susu, snack dan suplemen) menyumbang 29,3%; Distribusi dan Logistik menyumbang 32,6%; Penjualan Kalbe Internasional menyumbang 5,2% terhadap total penjualan tahun 2019. 

Secara kinerja keseluruhan sepanjang tahun 2019, Kalbe Farma membukukan Laba bersih sebesar Rp2.5 triliyun, didukung oleh penjualan bersih sebesar Rp22.6 Triliyun.

Sedangkan Kimia Farma (KF) sebagai salah satu BUMN Farmasi terbesar di Indonseia di tengah ketatnya persaiangan bisnis farmasi, berupaya untuk tetap eksis dan memenangkan persaingan dan semakin memperkokoh posisinya. Hal ini terlihat dari langkah ekspansif KF dengan strategi baik secara organik maupun non-organik untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis serta diharapkan menjadi leading integrated healthcare provider of choice di tahun 2022.

Salah satu langkah besar yang dilakukan KF di tahun 2019 mengakuisisi PT Phapros yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan dapat mendorong efisiensi biaya operasional dan distribusi barang, meningkatkan diversifikasi portofolio produk, serta memperkuat jaringan produksi.  

Selain itu juga dilakukan pengembangan infrastruktur dari hulu hingga ke hilir, seperti penguatan kemampuan riset dan pengembangan, pembangunan dan revitalisasi fasilitas produksi, penguatan jaringan dan infrastruktur supply chain, pengembangan jaringan distribusi dan logistik, penambahan dan reformat outlet apotek, klinik, laboratorium klinik, penguatan dan pengembangan digitalisasi (termasuk pengembangan e–commerce) dengan penyiapan infrastruktur Teknologi Informasi.

Berdasarkan laporan keuangan Kimia Farma tahun 2019, pencapaian kinerja Laba Bersih sebesar Rp15..8 Miliar turun 97,03% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp535 miliar. Hal ini disebabkan oleh tidak tercapainya target penjualan yang memiliki potensi marjin kotor cukup signifikan, kenaikan beban usaha untuk mempersiapkan pencapaian penjualan yang agresif, kenaikan beban keuangan dari Investasi/ Capex dan tidak tercapainya target penerimaan Piutang. 

Selain itu, proyek pengembangan pabrik bahan baku obat dan perluasan jaringan ritel farmasi di Arab Saudi belum memberikan kinerja laba yang positif hingga tahun 2019. Meskipun pencapaian EBITDA relatif masih cukup baik, yaitu sebesar Rp. 695 miliar.

Dari data kedua perusahaan farmasi multibisnis di atas, terlihat kedunya memiliki portofolio bisnis dan portofolio produk yang mirip namun ternyata kinerja keduanya berbeda untuk tahun 2019. Menarik untuk melihat keduanya memakai kacamata atau pendekatan corporate strategy. Apakah keduanya sudah menerapkan strategi parenting? Apa yang menjadi karakteristiknya?

Sebenarnya apa itu strategi parenting? Perusahaan seperti apa yang dapat menerapkannya? Dan apa manfaatnya?

Sebagai induk, dalam menetapkan strategi untuk menciptakan sinergi antar entitas anak atau unit bisnis, menetapkan key performance indikator (KPI) untuk setiap entitas anak atau unit bisnis hingga memonitor dan mengevaluasi kinerja keuangan portofolio bisnisnya. Tetapi strategi perusahaan harus lebih dari sekedar agregasi dari strategi bisnis ini. 

Para praktisi korporat penting untuk memahami strategi parenting implisit saat ini dari perusahaan mereka, menilai kinerjanya dan menyesuaikannya untuk meningkatkan penciptaan nilai bersih perusahaan.

Untuk mencapai parenting advantage, karakteristik perusahaan induk harus sesuai dengan faktor penentu keberhasilan bisnis dan kebutuhan spesifik mereka. Dengan cara ini, keunggulan parenting harus menentukan di mana kegiatan operasional perusahaan menginvestasikan sumber daya keuangan dan manajerialnya dan bagaimana induk perusahaan mempengaruhi unit bisnis yang dikendalikannya.

Kriteria utama dari parenting advantage adalah kompetensi dan kapabilitas yang ditawarkan oleh perusahaan induk; kebutuhan unit bisnis; dan nilai yang diciptakan untuk unit bisnis oleh aktivitas induk perusahaan. Konsep ini berakar pada teori competitive strategy (Porter, 1985) dan the role of the center (Chandler, 1962).

Pada beberapa perusahaan yang menerapkan strategi parenting dengan membentuk Direktorat khusus yang mengurusi strategic portfolio antara lain fungsinya  corporate strategy planning, portfolio & synergi, integrated portfolio management dan strategic investment

Ini penting untuk mengawal agar induk perusahaan dapat menciptakan nilai bagi bisnisnya adalah kesesuaian antara karakteristiknya dan kebutuhan bisnisnya dengan mendorong keputusan strategis yang lebih baik daripada unit bisnis sebagai entitas yang berdiri sendiri. Karena sub-unit individu dalam portofolio perusahaan umumnya dibedakan oleh faktor keberhasilan, potensi pengembangan, dan tantangan yang berbeda. Kantor pusat perusahaan harus menjadi induknya secara individual, dengan fokus pada kebutuhan khusus mereka.

Dalam hal perusahaan farmasi, dapat diterapkan strategi parenting dengan peran perusahaan induk dapat menambah nilai pada unit bisnis dengan mendorong keputusan strategis yang lebih baik daripada unit bisnis sebagai entitas yang berdiri sendiri secara individual. Berikut beberapa panduan dan dukungan strategis yang penting diperthatikan untuk mendorong kinerja perusahaan :

  1. Strategic direction, yaitu perusahaan induk dapat membuat visi bisnis tertentu, merumuskan tujuan top-down, dan merancang peta jalan pengembangan yang unggul untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan meningkatkan posisi pasar, pendapatan dan potensi penciptaan nilai.
  2. Strategic expertise, yaitu unit bisnis dapat didukung oleh perusahaan induk dengan keahlian strategis tertentu misalnya transfer kompetensi, berbagi keahlian khusus industri, dukungan dengan pengalaman dalam situasi dan tantangan strategis tertentu seperti internasionalisasi bisnis atau pengenalan proses inovasi produk baru.
  3. Business development and growth, perusahaan induk dapat memberikan dukungan pada pengembangan bisnis dan pengelolaan pertumbuhan. Mereka dapat memanfaatkan kemampuan mereka untuk secara aktif mempromosikan proyek merger dan akuisisi, mengembangkan opsi pertumbuhan organik baru, atau membantu unit bisnis mereka untuk melepaskan aset non-inti atau berkinerja rendah dengan keterlibatan aktif dalam uji tuntas, proses kesepakatan.
  4. Resource allocation, perusahaan induk dapat menciptakan pasar modal internal yang efisien dan dapat menambah nilai dengan mendistribusikan modal yang tersedia secara lebih efektif di antara unit bisnis mereka daripada pasar modal eksternal (efek 'uang pintar'). Dua mekanisme menjelaskan efek ini: Pertama, perusahaan induk dapat bersikeras untuk melihat aktivitas unit bisnis, yang memungkinkan perkiraan pengembalian masa depan yang lebih akurat daripada yang dapat dicapai investor eksternal. Kedua, perusahaan induk memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuannya tentang tingkat laba yang diantisipasi di masa depan untuk mengambil modal dari unit yang berkinerja buruk dan untuk mengabdikannya kepada yang berkinerja lebih baik.
  5. Protection from capital markets, unit bisnis yang menjadi bagian dari portofolio korporat dapat memperoleh lebih banyak perlindungan dari tekanan pasar modal eksternal daripada pesaing mereka yang berdiri sendiri. Perlindungan ini memungkinkan bisnis untuk mengambil perspektif jangka panjang ketika membuat keputusan investasi dan menjalankan operasi bisnis.
  6. Performance monitoring, perusahaan induk dapat memberi nilai tambah pada unit bisnis dengan memantau kinerja mereka secara cermat dan pada tingkat detail yang tidak dapat dicapai oleh investor eksternal. Pemantauan kinerja ini dapat melibatkan pertemuan pelaporan rutin dan terperinci, pembaruan rutin prakiraan perencanaan, dan analisis pendorong risiko yang komprehensif.
  7. Operational improvement, pola asuh korporasi dapat memberikan nilai tambah bagi unit bisnis dengan membantu meningkatkan kinerja operasional secara signifikan melalui gangguan pada aktivitas bisnis yang sedang berjalan. Induk perusahaan dapat menggunakan otoritas formal untuk menggantikan manajer unit bisnis yang berkinerja lemah, memandu unit bisnis tunggal melalui proses turn-around, meningkatkan proses internal untuk mengoptimalkan dan menyinkronkan total rantai pasokan, dan memanfaatkan inisiatif dan tujuan untuk menyelaraskan kinerja secara keseluruhan.
  8. Synergy fostering, perusahaan induk dapat memberikan nilai tambah dengan secara aktif membina kerjasama antar unit bisnis, berusaha mendukung terwujudnya sinergi horizontal. Mereka dapat mempromosikan operasi bersama, aktivitas pemasaran dan penjualan atau upaya penelitian dan pengembangan, tetapi juga mendorong berbagi informal pengetahuan internal, pengalaman terkait bisnis, dan bakat personel melalui interaksi yang lebih efisien.
Perusahaan induk juga dapat merugikan unit bisnis dalam portofolio perusahaan, mengakibatkan keputusan strategis keseluruhan yang lebih buruk atau lebih mahal dari pada yang dibuat oleh unit sebagai entitas yang berdiri sendiri atau biasanya dikenal dengan istilah negative influence. Antara lain dapat terjadi melalui keahlian dan keterampilan yang tidak memadai, penetapan keputusan manajerial yang kaku, menciptakan pemimpin seperti raja-raja, para eksekutif perusahaan mengurangi risiko pekerjaan mereka sendiri dengan mendiversifikasi portfolio.