Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Vaksinasi Dimulai, tapi Cuan Melayang (Pelajaran buat Investor Milenial)

 

   Sumber foto : proactiveinvestors.co.uk

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi perekonomian Indonesia. Termasuk juga para pelaku pasar modal. Bagaimana tidak, kondisi normal hanya berlaku di Januari dan Februari 2020. Setelahnya merupakan masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian.

Di pasar saham Indonesia tidak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari IHSG yang berkurang 30% lebih kapitalisasi pasarnya. Namun sebagaimana “hukum alam” dalam dunia persahaman, ketika IHSG jatuh, maka ini merupakan kesempatan bagi investor untuk masuk dan memilih saham-saham yang diincarnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2020 mengalami penambahan investor baru sekitar 13% di pasar modal domestik. Dari angka tersebut mayoritas investor milenial atau sekitar 70% terlihat pada jumlah investor ritel yang meningkat pesat. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, terjadi tren peningkatan investor lokal sangat signifikan dimana penambahan yang luar biasa pada krisis Covid-19 tahun lalu.

Praktis sejak Maret 2020, perlahan namun pasti perubahan terjadi di segala aspek kehidupan. Mulai dari pembatasan sosial, sekolah online dan work from home menyebabkan masyarakat beradaptasi dengan teknologi digital. Hal inilah salah satu penyebab bertambahnya investor lokal. Bahkan para broker saham serta sekuritas juga turut memanfaatkan teknologi digital secara online untuk mendaftarkan akun sekuritas.

Para investor pemula ini atau yang biasa diistilahkan dengan investor angkatan Covid-19 memiliki pengetahuan yang masih minim tentang investasi. Ini menjadi permasalahan tersendiri. Jurus yang dipakainya adalah ikut berinvestasi pada saham yang trennya meningkat terus menerus. Sebagian berharap cuan besar dalam tempo singkat tanpa memperhitungkan dan mengelola risiko yang ada.

Saham yang diburu antara lain saham-saham yang memiliki karakteristik tren buliish di market sebagai efek dari kebijakan dari Pemerintah maupun Bank Indonesia serta kabar positif terkait vaksin Covid-19 yang banyak dirilis oleh media baik online maupun televisi. Selain itu, adanya kebijakan Auto Reject Bawah (ARB) terbaru yang dipatok 7% menyebabkan mereka tidak khawatir kehilangan portofolionya anjlok lebih dalam.

Namun tidak sedikit juga yang terus berharap dapat untung yang memanfaatkan fasilitas trading limit dan margin untuk mendapatkan capital gain yang lebih besar dari modal mereka lalu terlena tanpa manajemen risiko sehingga pada akhirnya yang ada malah buntung, alih-alih mendapatkan untung.

Fenomena inilah yang terjadi di awal tahun 2021 dan menghebohkan dunia pasar modal domestik. Saham-saham yang dipilih antara lain farmasi dan antam. Pemilihan ini bukan tanpa sebab. Berita positif seperti vaksinasi yang akan segera dimulai pada tanggal 13 Januari 2021 serta berita tentang Tesla ayang akan berinvestasi di Indonesia menyebabkan naiknya harga saham dari emiten farmasi dan pertambangan. Harapan akan cuan yang jumbo pun kian diburu.

Para investor domestik ini terus berburu dan membeli saham-saham tersebut di harga tinggi. Namun seperti yang kita tahu bahwa ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Beberapa hari setelah vaksinasi dilakukan, saham-saham farmasi mulai berjatuhan. Begitupun dengan saham antam. Saham farmasi sampai harus mengalami ARB berkali-kali. Kepanikan melanda karena saham tersebut tiba-tiba anjlok, nyangkut barang itu.

Luar biasanya lagi, ternyata sebagian pembelian dilakukan menggunakan ‘dana abu-abu’ mulai dari BPKB yang digadaikan, penggunaan uang arisan, bahkan uang kuliah. Padahal kita tahu bahwa saham adalah instrumen investasi yang berisiko tinggi. Begitupun utang yang merupakan sumber dana berisiko tinggi. Hal ini berarti, saat investor berutang untuk bermain saham, maka otomatis risikonya pun double.

Ini tentu menjadi pembelajaran yang berharga bagi para investor pemula. Sebelum terjun dalam dunia saham, sebaiknya mempelajari dulu ilmu dan prinsip-prinsip dalam berinvestasi serta manajemen risikonya, khususnya di pasar modal. Tentukan dulu apakah apakah ingin menjadi trader atau investor. Jangka pendek, menengah atau panjang.

Trader merupakan pihak yang membeli saham untuk jangka pendek. Sistemnya, beli saat harga murah dan langsung jual ketika sudah naik harga sahamnya, sehingga bisa lebih mudah memperkirakan return sahamnya. Biasanya ini dilakukan oleh orang yang sudah paham seluk beluknya dan mahir. Meskipun sumber dananya dari utang.

Sedangkan bagi seorang investor, memahami investasi hakikatnya merupakan upaya untuk memperbesar aset dengan memanfaatkan dana yang berlebih selain dari utang. Bisa berasal dari tabungan, gaji yang disisihkan, atau lainnya. Berinvestasi juga dapat dimulai sesuai dengan kemampuan, meskipun nilainya kecil yang penting konsisten. Hal penting lainnya adalah mempelajari produk atau perusahaan yang akan dibeli. Pelajari juga aspek fundamentalnya. Lalu identifikasi dan kelola risikonya. Selamat mencoba.. cuan.., cuan..


Posting Komentar untuk "Vaksinasi Dimulai, tapi Cuan Melayang (Pelajaran buat Investor Milenial)"