Pentingnya Kesehatan Mental Karyawan di Masa Pandemi
Ilustrasi karyawan bekerja (Photo by fauxels from Pexels) |
(artikel ini telah tayang di Kompasiana)
Di masa pandemi COVID-19, banyak karyawan harus beradaptasi
dengan bekerja dari rumah dengan lingkungan kerja yang sudah barang tentu
sangat berbeda dalam banyak aspek dibandingkan tempat kerja di kantor dengan
segala fasilitasnya.
Di saat yang sama juga karyawan mengalami keterisolasian
dari teman dan rekan kerja kadang-kadang bahkan dari keluarga.
Sejauh mana lingkungan rumah dapat diadaptasi bervariasi
sesuai dengan situasi karyawan dan waktu serta sumber daya yang tersedia.
Pada gilirannya rutinitas hidup sehari-hari yang terganggu
dapat menyebabkan stres tambahan, ketegangan dan tekanan fisik dan mental.
Dampak dari tekanan ini kadang kala bahkan bisa lebih kuat dalam situasi
ekonomi saat ini.
Banyak perusahaan terkena dampak negatif dan pada akhirnya
harus melakukan pemutusan hubungan kerja.
Kondisi seperti itulah yang menyebabkan pekerja merasakan
kecemasan, ketidakpastian, dan ketidakamanan lebih lanjut yang dapat
mengakibatkan perasaan depresi.
Situasi ini diperparah dengan adanya kebijakan pembatasan
sosial, pengetatan mobilitas, penutupan tempat-tempat wisata, dan pembatasan
kegiatan masyarakat.
Hasil studi Institute for Employment Studies (2020) melihat
bagaimana bekerja dari rumah untuk waktu yang lama berdampak pada keluhan pada
otot dan tulang, nyeri terutama di leher, bahu dan punggung.
Selain itu, ditemukan juga peningkatan konsumsi makanan yang
kurang sehat, kurang berolahraga, masalah tidur karena kecemasan, bekerja
dengan pola kerja yang tidak teratur dan hari yang panjang dan merasa kesepian.
Sementara hasil studi lain di Cina juga menyebutkan bahwa
selama pandemi COVID-19 memunculkan masalah psikologis sedang atau berat dan
terkait dengan kerusakan neurologis.
Penting untuk diketahui bahwa gejala psikiatri dan perubahan
neurologis dapat mengganggu fungsi kognitif dan performa kerja.
Karyawan yang mengalami beban kerja yang berlebihan dan
kecemasan psikologis, akan merugikan kinerja organisasi.
Peran perusahaan
Krisis COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya telah
menimbulkan tantangan besar bagi perusahaan untuk menemukan strategi untuk
menghadapi kelangsungan bisnis. Kesejahteraan dan kesehatan karyawan harus
menjadi prioritas utama untuk mengatasi situasi ini.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
keberlanjutan organisasi, perusahaan perlu merangkul strategi baru dan menuntut
lebih banyak tanggung jawab dalam pendekatan kepemimpinan mereka untuk
mengatasi situasi pandemi COVID-19.
Kepemimpinan telah secara signifikan terkait dengan iklim
strategis untuk mempengaruhi kesejahteraan karyawan dan keberlanjutan
organisasi.
Pendekatan kepemimpinan di perusahaan memiliki efek
substansial pada hubungan karyawan, kesejahteraan karyawan dan kesehatan
karyawan, termasuk stres dan kepuasan.
Selanjutnya dukungan sosial sebagai bagian dari dukungan
organisasi, manajer, supervisor dan rekan kerja pada gilirannya akan
menumbuhkan keamanan psikologis.
Wujudnya antara lain rasa saling percaya, komunikasi terbuka
dan pemberdayaan menimbulkan rasa stabilitas dan perasaan aman.
Sebaliknya, kurangnya dukungan, otonomi dan kecurigaan
menyebabkan rendahnya keamanan psikologis dan emosi negatif.
Bekerja di era kebiasaan baru
Meskipun varian Omicron masih membayangi, kita berharap
situasi pandemi ini segera berlalu menjadi endemi.
Penting bagi perusahaan untuk melakukan langkah adaptif yang
diperlukan dalam mendukung kerja dan kinerja karyawannya.
Karyawan adalah aset utama dan kekuatan pendorong dalam
menentukan keberhasilan perusahaan dalam lingkungan yang menantang, dan
komitmen karyawan sangatlah penting bagi setiap perusahaan.
Perusahaan perlu mendesain lingkungan kerja fisik yang
sehat, nyaman dan ramah ergonomis kepada karyawan di mana mereka merasa aman
dan mampu melaksanakan tugasnya secara efektif dalam lingkungan yang kondusif.
Kebahagiaan di tempat kerja dapat dilihat sebagai hasil dari
kepuasan karyawan dengan kepemimpinan mereka, suasana kerja, hubungan karyawan
yang baik, deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, pengembangan karir dan
banyak lagi.
Oleh karena itu, di era adaptasi kebiasaan baru ini
diperlukan pengelolaan sumber daya manusia yang tepat di perusahaan dan
hubungan karyawan yang baik karena banyak karyawan yang masih dibayang-bayangi
masalah kesehatan, seperti kecemasan, ketegangan, dan depresi.
Selain itu perlu juga diperhatikan hal yang menyebabkan
karyawan dapat mengalami stres jika karyawan tidak diberikan informasi dan
dukungan yang memadai yang mereka butuhkan untuk menjalankan peran pekerjaan
secara efektif atau ketika ada perasaan diintimidasi di tempat kerja.
Tingkat keterlibatan yang buruk antara manajer dan karyawan
(terutama selama proses perubahan) dapat menghambat pemahaman karyawan tentang
peran dan tanggung jawab akan pekerjaan serta dapat menciptakan dan memperburuk
tingkat stres.
Perilaku manajemen yang tepat akan mempengaruhi
kesejahteraan karyawan dan diharapkan akan efektif dalam menurunkan
turnover.
Dengan demikian, iklim kerja yang mendukung mengembangkan
kepuasan kerja di antara karyawan yang menghasilkan peningkatan kinerja
organisasi dan komitmen karyawan.
Karyawan yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi
cenderung lebih kreatif dan sangat terlibat serta mencapai kinerja yang lebih
besar di tempat kerja daripada mereka yang memiliki tingkat kesejahteraan yang
rendah.
Pada akhirnya perusahaan yang terus mengelola hubungan dan
menjaga kesehatan mental karyawan dengan baik, terlepas dari tekanan eksternal,
akan berada dalam posisi terbaik untuk menghadapi krisis di masa pandemi
COVID-19 dan dapat memanfaatkan peluang yang akan muncul ketika lingkungan
bisnis kembali normal.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul
"Pentingnya Kesehatan Mental Karyawan di Masa Pandemi", Klik untuk
baca:
https://www.kompasiana.com/mujasteguh9915/61c5410f06310e0aad33c7a3/pentingnya-kesehatan-mental-karyawan-di-masa-pandemi
Posting Komentar untuk "Pentingnya Kesehatan Mental Karyawan di Masa Pandemi"