Budaya Akhlak dan Kinerja Perusahaan
Ilustrasi kerjasama tim di kantor (sumber : iStock) |
AKHLAK diharapkan tidak hanya
menjadi sekadar jargon atau tag line, lebih dari itu, sebagai budaya di semua
BUMN untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan memberikan kontribusi
terbaiknya bagi masyarakat dan negara.
Sejak diterapkan sebagai budaya
BUMN pada 2020 lalu, AKHLAK tidak hanya menjadi core values, tapi juga menjadi
landasan reformasi pengelolaan BUMN untuk merespons perubahan dan tuntutan
lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat.
ALKHLAK merupakan akronim dari
Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Dalam Islam, kata
akhlak bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku,
perangai, atau tabiat.
Sedangkan menurut Imam Al
Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Dalam konteks Indonesia, kata
akhlak telah diadopsi secara umum menjadi budi pekerti dan tingkah laku.
Dalam konteks positif itulah
akhlak selaras dengan makna positif AKHLAK yang ditetapkan menjadi core values
di seluruh grup entitas BUMN, termasuk anak, cucu, cicit, dan seterusnya.
Dalam penerapannya haruslah
dilaksanakan di semua level mulai dari yang tertinggi sampai ke tingkat
pelaksana.
Pada prosesnya diharapkan budaya
AKHLAK ini dapat berkontribusi pada tidak hanya pengelolaan organisasi, tapi
lebih jauh diharapkan berkontribusi pada peningkatan kinerja perusahaan
termasuk kualitas layanan yang diterima oleh masyarakat.
Namun perlu dicatat, dalam
konteks budaya perusahaan secara umum, tidak semua budaya perusahaan adalah
kekuatan positif. Budaya seperti manipulatif, korupsi, takut mengambil risiko,
silo, lambat mengikuti perubahan merupakan beberapa contohnya.
Banyak perusahaan di masa lalu,
seperti Bank of America, General Motors dan Blackberry, telah mengalami
kesulitan akibat budaya perusahaan mereka.
Samsung beberapa tahun lalu
memutuskan untuk mengubah budaya perusahaannya yang kaku dengan berfokus pada
produk dan keuntungan yang terkonvergensi daripada mengembangkan bisnisnya
lebih jauh karena telah mengalami tingkat keuntungan yang rendah selama
beberapa tahun.
Dalam organisasi modern, budaya
perusahaan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan
dengan demikian kinerja organisasi yang berkelanjutan.
Dalam hal ini budaya organisasi
dapat meliputi 3 aspek yaitu berharga, langka, dan tidak dapat ditiru dengan
sempurna (Barney, 1991).
Sedangkan menurut Schein sebagai
salah satu tokoh terkenal di bidang budaya organisasi, budaya organisasi
terdiri dari tiga elemen pokok yaitu artefak, values dan asumsi dasar yang
dalam hal konteks BUMN dapat mewujud dalam bentuk logo, AKHLAK dan visi misi
BUMN yang baru.
Dalam praktiknya, budaya AKLAK
dapat meningkatkan kinerja setidaknya melalui tiga saluran yaitu koordinasi dan
kontrol yang ditingkatkan di dalam perusahaan, peningkatan keselarasan tujuan
antara perusahaan dan stakeholder, dan peningkatan produktivitas dan perilaku
karyawan.
Pertama, budaya perusahaan meningkatkan
koordinasi dan kontrol di dalam perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan
efisiensi dan kinerja dalam suatu organisasi.
Budaya perusahaan membantu
karyawan untuk berinteraksi dan terlibat satu sama lain dan dengan demikian
meningkatkan pemanfaatan berbagi informasi. Dalam hal ini terwujud dalam nilai
Amanah, harmoni dan Kolaboratif.
Contohnya budaya dalam mengelola
terjadinya error atau kesalahan akan memfasilitasi komunikasi dan koordinasi
penanganan kesalahan dan dengan demikian meningkatkan kinerja perusahaan. Tanpa
sistem kontrol yang baik, organisasi akan kesulitan bertindak.
Beberapa BUMN bergerak dalam
bidang yang berkaitan langsung dengan manfaat suatu produk atau jasa ke
masyarakat sebagai pelanggan akhir.
Kontrol yang didukung oleh sistem,
struktur organisasi dan tata kelola yang baik adalah salah satu contoh sistem
kontrol. Namun, dalam praktiknya tidak selalu semuanya berjalan sebagaimana
harusnya.
Ketika sistem kontrol tradisional
gagal mengatur, budaya perusahaan memainkan peran penting untuk melengkapinya.
Kedua, budaya perusahaan penting
karena memotivasi karyawan untuk berkomitmen pada tujuan bersama. Ini tercermin
melalui nilai Amanah dan Loyal. Lebih lanjut, AKHLAK juga harus tercermin dalam
strategi perusahaan.
Misalnya, strategi perusahaan
untuk bersaing dengan cara berinovasi dibanding dengan bersaing melalui perang
harga dengan perusahaan swasta atau UMKM.
Ini tentu menyiratkan perlunya
budaya perusahaan yang baru dan benar-benar berbeda yang akan menarik berbagai
jenis talenta unggul dan menetapkan norma yang berbeda untuk memenuhi tujuan
ini.
Ketiga, budaya perusahaan dapat
mengembangkan kompetensi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan dengan
meningkatkan ikatan mereka dengan perusahaan. AKHLAK tidak hanya digunakan
sebagai identitas tapi juga perekat budaya kerja.
Misalnya, budaya perusahaan dapat
memengaruhi prioritas karyawan dan mendorong mereka untuk memberikan layanan
yang terbaik dan melindungi konsumen daripada hanya mengerjakan rutinitas.
Zhao (2018) menemukan bahwa
perusahaan dengan budaya perusahaan yang kuat akan mengungguli perusahaan yang
tidak memiliki budaya perusahaan yang kuat yang tercermin melalui profit yang
besar.
Dalam konteks global, beberapa
contohnya adalah Apple, Tesla dan Google. Sedangkan di Indonesia contohnya
seperti Astra, Gojek, BCA, Mandiri dan Telkom.
Dalam hal ini, budaya perusahaan
yang kuat melibatkan komitmen semua pemangku kepentingan utama, termasuk
pemegang saham, top manajemen, karyawan, dan pelanggan.
Secara kolektif, budaya
perusahaan yang baik akan memotivasi karyawan untuk bekerja menuju tujuan
perusahaan dan dengan demikian meningkatkan nilai perusahaan dan kinerja
keuangan.
Di sisi lain, budaya yang buruk
dapat menjadi hambatan untuk menuai keuntungan bagi perusahaan.
Di era disrupsi, baik yang
didorong oleh revolusi industri 4.0 maupun disrupsi yang disebabkan oleh
pandemi Covid-19, hendaknya menjadikan transformasi yang digulirkan oleh BUMN
berlandaskan pada core values AKHLAK dan didukung oleh transformasi human capital
agar BUMN mampu bersaing dalam tataran global dan mampu berkontribusi lebih
baik lagi bagi perusahaan dan perekonomian nasional.
Artikel ini telah tayang di Kumparan.com pada 31 Januari 2022. Selengkapnya dapat dibaca pada link berikut https://kumparan.com/mujas-teguh/budaya-akhlak-dan-kinerja-perusahaan-1xPoH0bOHIh?utm_source=kumDesktop&utm_medium=copy-to-clipboard&utm_campaign=share&shareID=ssuJuNLeLtoh
Posting Komentar untuk "Budaya Akhlak dan Kinerja Perusahaan"